
veriteblog.com — Suara berat dan menggema dari Lonceng Santo Petrus kembali memecah keheningan pagi di Kota Vatikan. Sebuah tradisi kuno kembali dijalankan: lonceng itu dibunyikan untuk menandai dimulainya prosesi pemakaman seorang Paus. Hari ini, umat Katolik dari seluruh dunia menundukkan kepala dalam duka dan doa, melepas salah satu pemimpin spiritual tertinggi mereka menuju peristirahatan terakhir.
Lonceng Santo Petrus, yang hanya dibunyikan dalam momen-momen luar biasa seperti pemilihan dan wafatnya Paus, menjadi simbol yang sarat makna. Suara dentingannya yang lambat namun pasti menggema di seluruh Basilika Santo Petrus, memberi tahu dunia bahwa seorang gembala agung telah kembali ke rumah Bapa.
Upacara pemakaman berlangsung khidmat di Lapangan Santo Petrus, dihadiri oleh para kardinal, pemimpin dunia, biarawan, biarawati, serta ribuan peziarah yang datang untuk memberikan penghormatan terakhir. Liturgi suci dipimpin oleh Dekan Dewan Kardinal, sebuah tradisi yang telah berlangsung selama berabad-abad ketika seorang Paus wafat.
Jenazah almarhum Paus, yang sebelumnya disemayamkan di tengah basilika untuk penghormatan publik selama tiga hari, kini dibaringkan dalam peti tiga lapis — peti cemara, peti timah, dan peti kayu ek — sebagaimana adat yang berlaku. Doa-doa dan pujian terdengar dari ribuan suara yang berkumpul, menciptakan suasana yang hening namun penuh kekhusyukan.
Dalam homilinya, Dekan Dewan Kardinal menyebut Paus sebagai “gembala yang lembut namun tegas, yang telah membaktikan seluruh hidupnya demi perdamaian, kasih, dan pelayanan umat.” Banyak yang meneteskan air mata, teringat akan berbagai karya dan pesan Paus yang penuh kasih dan kebijaksanaan.
Seiring peti jenazah diturunkan ke dalam makam di Gua Vatikan di bawah Basilika, Lonceng Santo Petrus dibunyikan kembali, kali ini sebagai penutup, menandai akhir dari satu bab sejarah dan awal dari masa sede vacante — masa kekosongan Tahta Suci.
Umat Katolik kini menantikan konklaf, saat para kardinal akan berkumpul untuk memilih penerus baru, seorang Paus yang akan melanjutkan tongkat estafet rohani dari pendahulunya. Namun untuk hari ini, dunia sejenak diam, menghormati warisan seorang Paus, dalam denting panjang lonceng yang tak hanya menyampaikan kabar duka, tapi juga harapan akan kebangkitan dan kehidupan kekal.