
veriteblog.com – Pernyataan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri mengenai “nasi goreng” dalam pidato politiknya baru-baru ini menuai beragam tafsir. Banyak yang menilai ucapan tersebut sebagai sindiran atau bahkan “kode” politik yang diarahkan kepada Presiden terpilih Prabowo Subianto, yang dikenal gemar menyantap nasi goreng dalam berbagai kesempatan.
Menanggapi spekulasi tersebut, sejumlah tokoh senior PDIP memberikan klarifikasi. Mereka menegaskan bahwa pidato Megawati tidak dimaksudkan untuk menyerang atau menyindir pihak tertentu, melainkan hanya bentuk ekspresi khas Megawati yang kerap menyisipkan candaan dan sindiran halus dalam narasinya.
“Bu Mega itu memang sering menggunakan analogi dalam menyampaikan pesan politik. Tapi jangan langsung diartikan sebagai sindiran personal,” ujar salah satu petinggi PDIP kepada wartawan.
Momen ini menjadi perbincangan hangat di media sosial, terutama setelah publik mengaitkan pernyataan soal nasi goreng dengan kebiasaan Prabowo yang pernah disebut-sebut menyukai masakan tersebut. Bahkan dalam beberapa pertemuan kenegaraan, nasi goreng kerap disajikan sebagai hidangan pilihan.
Meski demikian, elite PDIP meminta publik tidak terlalu cepat menarik kesimpulan atau menciptakan narasi baru yang tidak berdasar. Mereka menekankan pentingnya menjaga etika komunikasi politik, terlebih menjelang masa transisi pemerintahan.
Hingga saat ini, belum ada tanggapan langsung dari Prabowo atau timnya mengenai isu tersebut. Namun, isu “nasi goreng” ini menjadi simbol betapa narasi politik Indonesia kerap diwarnai pernyataan simbolik yang penuh makna tersirat.