
veriteblog.com – Nama adalah identitas yang penting bagi setiap individu, dan sering kali mencerminkan budaya serta tradisi masyarakat. Di Indonesia, khususnya Jawa, ada kebiasaan yang tidak jarang membuat seseorang memiliki lebih dari satu nama sepanjang hidupnya. Hal ini juga berlaku pada Presiden Indonesia, Joko Widodo. Seperti yang diketahui, beliau dikenal dengan nama Jokowi, tetapi nama kecilnya adalah Mulyono.
Perubahan atau penggunaan nama yang berbeda tidak hanya terjadi karena alasan formal atau administratif, tetapi juga merupakan bagian dari budaya Jawa yang menganggapnya sebagai hal yang wajar. Di Jawa, mengganti atau menambahkan nama bukanlah hal yang aneh. Proses ini sering kali terjadi sejak masa kecil seseorang, ketika orang tua atau keluarga merasa bahwa nama baru lebih cocok dengan kepribadian atau harapan mereka terhadap anak tersebut.
Jokowi sendiri tidak terlepas dari tradisi ini. Nama “Mulyono” adalah nama kecil yang diberikan oleh orang tua beliau, yang berarti “beruntung” atau “selalu diberkahi”. Namun, dalam perjalanan hidupnya, beliau lebih dikenal dengan nama Jokowi, yang merupakan singkatan dari nama depan dan belakangnya: Joko Widodo. Di kalangan masyarakat, nama Jokowi kini sudah identik dengan sosok yang dikenal ramah dan sederhana.
Transisi antara nama kecil dan nama yang lebih dikenal ini menggambarkan bagaimana budaya Jawa memandang identitas seseorang tidak hanya terbatas pada satu nama, melainkan bisa berubah seiring perjalanan hidup. Nama adalah bagian dari perjalanan, dan terkadang, perubahan tersebut mencerminkan perubahan peran atau posisi dalam masyarakat. Untuk Jokowi, nama Mulyono dan Jokowi sama-sama punya makna dan cerita yang mendalam dalam perjalanan hidupnya sebagai pribadi dan pemimpin.