

Diduga Mengalami Gangguan Kejiwaan, Kasus Ini Menjadi Perhatian Publik
Sebuah tragedi memilukan mengguncang masyarakat Kota Pariaman, Sumatera Barat. Seorang pria paruh baya meninggal dunia setelah ditabrak oleh anak kandungnya sendiri yang diduga mengalami gangguan jiwa. Kejadian yang berlangsung cepat ini membuat warga sekitar kaget dan langsung melaporkannya ke pihak berwenang. Polisi saat ini telah menangani kasus tersebut dan melakukan pemeriksaan intensif untuk mengungkap lebih lanjut latar belakang peristiwa tragis ini.
Menurut keterangan dari beberapa saksi mata, pelaku terlihat bertingkah aneh beberapa hari sebelum kejadian. Ia sering berbicara sendiri dan menunjukkan perilaku agresif. Sayangnya, sebelum sempat mendapatkan bantuan medis atau penanganan psikologis, insiden maut ini terjadi. Ayahnya yang menjadi korban dikenal sebagai sosok yang sabar dan sering berusaha menenangkan anaknya ketika sedang kambuh.
Kepolisian menyatakan bahwa anak tersebut memang pernah memiliki riwayat gangguan kejiwaan. Namun, sejauh ini belum ada dokumen resmi yang menunjukkan bahwa ia tengah dalam pengobatan aktif. Hal ini menimbulkan pertanyaan besar tentang penanganan terhadap orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) di lingkungan keluarga dan masyarakat. Kurangnya akses terhadap layanan kesehatan mental menjadi salah satu isu yang mencuat dalam kasus ini.
Pemerintah daerah melalui dinas sosial dan dinas kesehatan telah mulai mengambil langkah untuk meninjau kondisi kejiwaan pelaku dan memberikan pendampingan kepada keluarga yang ditinggalkan. Selain itu, upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya mengenali tanda-tanda gangguan jiwa juga akan ditingkatkan. Kasus ini dinilai sebagai panggilan penting untuk memperbaiki sistem perlindungan sosial dan kesehatan jiwa masyarakat.
Para ahli kejiwaan menyatakan bahwa keluarga yang memiliki anggota dengan gangguan mental harus diberikan edukasi, pendampingan, dan akses pengobatan yang memadai. Dalam banyak kasus, stigma dan ketidaktahuan sering menjadi hambatan utama bagi penderita dan keluarganya untuk mencari pertolongan. Oleh karena itu, kolaborasi lintas sektor antara pemerintah, tenaga medis, dan masyarakat sangat diperlukan agar kejadian serupa dapat dicegah di masa mendatang.
Masyarakat berharap tragedi ini menjadi pelajaran penting bahwa penanganan terhadap gangguan jiwa tidak boleh diabaikan. Trauma yang ditinggalkan oleh peristiwa ini tidak hanya dirasakan oleh keluarga korban, tetapi juga oleh komunitas sekitar. Semua pihak kini menanti langkah tegas dari pemerintah dan lembaga terkait agar kasus serupa tidak kembali terulang.