veriteblog.com – Kekerasan terhadap tenaga medis di Indonesia, khususnya dokter koas, kembali mencuat di Palembang, Sumatera Selatan, yang melibatkan seorang dokter koas dari Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya (FK Unsri). Kejadian ini menambah daftar panjang insiden kekerasan terhadap tenaga medis yang terjadi di rumah sakit-rumah sakit di berbagai daerah, dan kali ini penyebabnya diduga terkait dengan masalah jadwal piket.
Peristiwa Kekerasan Terhadap Dokter Koas
Kejadian kekerasan ini terjadi pada bulan Desember 2024 di sebuah rumah sakit di Palembang. Seorang dokter koas, yang sedang menjalani masa pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, menjadi korban kekerasan verbal dan fisik. Insiden bermula saat dokter koas tersebut tengah melaksanakan tugasnya sebagai bagian dari jadwal piket di rumah sakit.
Tindakan kekerasan tersebut dilakukan oleh seorang pasien yang merasa kecewa dengan pelayanan medis yang diterimanya. Pasien tersebut diketahui tidak puas dengan penanganan yang diberikan, yang kemudian memunculkan ketegangan antara pasien dan dokter koas tersebut. Ketegangan yang awalnya hanya berupa protes verbal, akhirnya berubah menjadi kekerasan fisik, di mana korban mengalami luka-luka ringan akibat pukulan dan bentakan.
Faktor Penyebab: Jadwal Piket yang Menyulitkan
Salah satu faktor utama yang memicu insiden kekerasan ini adalah tekanan dan beban kerja yang dihadapi oleh dokter koas. Mereka yang sedang menjalani pendidikan di rumah sakit harus menjalani jadwal piket yang padat, termasuk pada malam hari dan akhir pekan, untuk memberikan pelayanan medis kepada pasien. Beban pekerjaan yang besar dan terkadang tidak sebanding dengan hak yang mereka terima, sering kali memicu ketegangan di lapangan.
Selain itu, dokter koas seringkali berada dalam posisi yang rentan, di mana mereka harus mengikuti perintah dan menjalankan tugas dari dokter senior atau rumah sakit tanpa dapat membela diri secara maksimal. Situasi ini sering kali membuat mereka menjadi sasaran keluhan, bahkan kekerasan dari pasien yang tidak puas dengan pelayanan. Apalagi, jika terjadi masalah atau ketidaksesuaian antara ekspektasi pasien dan kenyataan yang dihadapi selama proses pengobatan.
Kekerasan Terhadap Tenaga Medis di Indonesia
Insiden ini memperlihatkan sisi gelap dari hubungan antara tenaga medis dan pasien di Indonesia. Kasus kekerasan terhadap dokter koas atau tenaga medis lainnya bukanlah hal yang baru. Menurut data dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI), kekerasan terhadap tenaga medis di rumah sakit terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Selain faktor beban kerja yang tinggi, ketidakpuasan pasien terhadap layanan kesehatan juga menjadi salah satu penyebab utama kekerasan tersebut.
Kekerasan terhadap tenaga medis ini tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik dokter, tetapi juga dapat mempengaruhi mental dan psikologis mereka. Dokter, yang seharusnya memberikan pelayanan kesehatan dengan sepenuh hati, justru terpaksa menghadapi ancaman dan tekanan yang merugikan mereka. Hal ini tentu saja mengganggu proses pendidikan dokter koas, yang masih dalam tahap belajar untuk memberikan layanan medis terbaik kepada masyarakat.
Respons Rumah Sakit dan Pihak Universitas
Pihak rumah sakit dan Universitas Sriwijaya (Unsri) telah memberikan respons terhadap insiden kekerasan ini. Rumah sakit tempat kejadian melaporkan kasus tersebut kepada pihak berwajib, dan polisi telah melakukan penyelidikan lebih lanjut. Pihak rumah sakit juga berjanji untuk meningkatkan pengamanan dan memberikan dukungan penuh kepada tenaga medis, khususnya dokter koas, agar kejadian serupa tidak terulang lagi.
Universitas Sriwijaya, melalui Fakultas Kedokterannya, juga mengambil langkah untuk melindungi para dokter koasnya. Mereka berkoordinasi dengan pihak rumah sakit untuk memastikan bahwa tenaga medis yang sedang menjalani pendidikan di rumah sakit dapat bekerja dengan aman dan terlindungi. Selain itu, Unsri juga menyampaikan pentingnya pembekalan psikologis bagi dokter koas untuk menghadapi situasi sulit dalam praktik medis sehari-hari.
Langkah Ke Depan: Perlindungan untuk Tenaga Medis
Untuk mencegah terulangnya kejadian kekerasan terhadap tenaga medis, penting bagi pihak rumah sakit, universitas, dan pemerintah untuk bekerja sama dalam menyediakan perlindungan yang lebih baik. Hal ini bisa melibatkan peningkatan sistem pengamanan di rumah sakit, serta pelatihan untuk para tenaga medis dalam mengelola ketegangan dengan pasien.
Selain itu, perlu ada perubahan dalam sistem kerja dan jadwal piket dokter koas, sehingga mereka tidak terbebani dengan tugas yang berlebihan dan dapat bekerja dengan kondisi yang lebih manusiawi. Peningkatan komunikasi antara tenaga medis dan pasien juga penting untuk mengurangi ketidakpahaman yang bisa berujung pada kekerasan.
Penutupan
Insiden kekerasan terhadap dokter koas FK Unsri di Palembang menunjukkan pentingnya perhatian lebih terhadap perlindungan tenaga medis. Kekerasan terhadap dokter, terutama dalam konteks pendidikan dan pelatihan, merupakan masalah serius yang harus segera ditangani. Semua pihak harus bekerjasama untuk menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung bagi para tenaga medis, agar mereka dapat menjalankan tugasnya dengan baik tanpa takut menghadapi kekerasan atau ancaman.